“berburu” kembali!

Hai sahabat virtual…

Sepertinya banyak janji yang harus dipenuhi dalam blog ini, yang utama tentunya janji untuk menjadikan blog ini sarana berbagi, sambil melatih kemampuan bertutur, dan memberi sedikit “variasi” dalam rutinitas sehari – hari. Iya, terbukti memang rutinitas sehari – hari mampu menyandera waktu sehingga saya tidak berkesempatan untuk menulis kembali (baca : alasan!). Yang jelas, 3 minggu terakhir November ini adalah minggu yang sedikit berat, entah kenapa spirit positif tenggelam setiap hari ketika masuk ruang kerja, dalam kubikal merah. Yaaaaa…semua ada naik turunnya, dinamis, untuk menghadapinya perlu sesuatu yang tidak kalah dinamis, perlu variasi! Maka mulailah saya bervariasi, merubah jam bangun tidur lebih awal di jam 4 pagi (biasanya 05:30), lanjut belajar IELTS, jogging, dan bersiap kerja. Sudah seminggu ini berjalan dan memang memberi variasi! Lalu apa variasi berikutnya ? Inilah variasi berikutnya, menulis di blog untuk belajar bertutur, berpublikasi,  berbagi, cerita “perburuan” sebelumnya dan keinginan untuk “berburu” kembali .

Ini pasti menyenangkan, memikul senapan angin, membidik sasaran, dor!!!! Lalu ada seekor rusa kijang / rusa tergeletak, siap untuk dikuliti, kepalanya digunakan sebagai hiasan rumah, dagingnya dimasak, dan kulitnya dijadikan tas! Menyenangkan bukan ? Bukaaaannnn! hahaha…buat saya itu bukan hal yang menyenangkan, saya lebih memilih berburu hal lain, di tempat lain, seperti yang sering saya lakukan. Berburu beasiswa, di dunia pendidikan, seperti saat kuliah sarjana. Saya akan sedikit sombong dengan hal ini, total ada 7 paket beasiswa yang saya terima selama 4 tahun perkuliahan! Perburuan yang dipicu energi dari “entahlah”, yang jelas perburuan ini direstui oleh Ibu, Bapak, dan Tuhan.

Saat kuliah di ITS, saya memulai sebagai mahasiswa biasa, lulus melalui program PMDK Reguler, dengan demikian saya tidak perlu repot -repot ikut SNMPTN, saat teman – teman sibuk persiapan tes ini saya malah bisa leyeh -leyeh, hehehe. Awal kuliahpun biayanya tidak terlalu tinggi, selain karena jalurnya yang merupakan jalur “normal”, tetapi juga institusi ini adalah institusi negeri. Seperti pesan orang tua “sekolahnya di negeri saja, biar nggak mahal ya”, okesip, laksanakan Ndan! Kuliahpun jalan, belajar tak kenal waktu (karena tak ada waktu untuk belajar), organisasipun jalan lancar (benar, organisasi ada di jalan “bebas hambatan” setiap hari), bersenang – senang di Surabaya tidak lupa (lagi – lagi benar, bersenang – senang adalah urutan satu dalam sistem syaraf otak), maka IP semester I adalah 3.92 /4.00. Sekali lagi, saya akan sedikit sombong untuk hal ini 🙂

Bisa apa kamu dengan IP segitu ? Hanya bisa sombong ? Tidak! Saya sadar bahwa IP sejumlah itu bukan sesuatu yang istimewa, kalaupu istimewa maka banyak anak Indonesia yang juga mengalami hal yang sama. Pilihannya sekarang adalah apa yang akan dilakukan dengan hal tersebut, hanya menjadikannya sebagai catatan dalam kertas kelulusan atau menjadikannya loncatan untuk mencapai sesuatu ? Saya pilih opsi 2. Saya ingin menjadikannya loncatan untuk meraih beasiswa! Kondisi ekonomi keluarga tentunya akan sangat terbantu apabila anak sulungnya ini bisa bersekolah dengan biaya sendiri, wirausaha pendidikan saya menyebutnya, perburuan dimulai! Berbekal laptop kesayangan (pemberian dari para bibi saya secara patungan) dan modem untuk akses internet (inipun pinjam punya teman), maka saya mulai menjelajah dunia maya untuk mencari peluang beasiswa.

bddnBeasiswa pertama yang menarik minat saya adalah beasiswa dari PHDI (Parisadha Hindu Dharma Indonesia), Beasiswa Dharma Dana. Beasiswa ini bersumber dari pengelolaan dana umat Hindu dan memberikan bantuan penyelenggaraan pendidikan dengan menanggung biaya SPP kuliah dari semester 1 hingga semester 8. Secara jumlah, beasiswa ini sangat menggiurkan, selain itu ditujukan khusus kepada Mahasiswa Hindu, dengan demikian pesaingnya juga tidak banyak. Namun, dengan jumlah bantuan dana yang besar maka penerimanya juga tidak banyak. Proses seleksinya cukup ketat, mulai dari persyaratan administratif, esai, hingga wawancara langsung dengan penyandang dana di Jakarta. Untuk sahabat yang berminat, informasi beasiswa ini dapat dilihat di website BDDN. Singkat cerita, jadilah beasiswa BDDN ini sebagai paket pertama yang saya terima, 1 dari 8 orang penerima, hasil perburuan pertama, dan pemacu perburuan – perburuan berikutnya. Ibu, Bapak, Gus dapat beasiswa!

Komponen biaya pendidikan itu macam – macam bung! Bukan hanya SPP yang dibayar tiap semester, tetapi juga ada biaya buku pendidikan, biaya tinggal, hingga biaya makan yang harus dipersiapkan setiap bulannya. Oleh karena itu, mari kita berburu kembali, tidak perlu jauh – jauh, kali ini hanya di sekitaran Sukolilo, di kampus ITS tercinta. Iya, ITS sendiri setiap tahun membuka program beasiswa PPA (Peningkatan Potensi Akademik). Sumber dananya ialah dari Kemendikbud, jadi tugas ITS adalah menyalurkannya dengan tepat, kepada saya tentunya, hahaha. Proses seleksi beasiswa ini juga tidak terlalu rumit, terutama bagi saya yang telah melalui tahap seleksi beasiswa pada perburuan pertama. Informasinya sangat jelas, di ITS semua informasi beasiswa selalu disampaikan di Dekanat, jadi tinggal datang kesana, cari informasinya, minta formnya, diskusi sebentar, lalu pulang dan lengkapi yang diminta. Pada titik itu saya sangat bersyukur memiliki orang tua yang sangat mendukung, segala macam dokumen dipersiapkan dari Bali lalu dikirim ke Surabaya, tugas saya hanyalah menyapa tukang Pos lalu menandatangani form tanda terimanya. Terimakasih Ibu, Bapak :). Setelah berkas lengkap, segera saya serahkan kembali ke Dekanat, bedanya disini tidak ada proses wawancara, jadi esai yang dibuat harus benar – benar mampu berbicara di hadapan para penilai, berkata “berikanlah beasiswa tersebut ke anak ini maka pahalamu akan berlipat ganda!”, hahaha. Singkat cerita, jadilah saya penerima beasiswa PPA ITS Semester 3 dan 4. Lumayan, selama masa tersebut saya bisa bilang kepada Ibu, Bapak “Gus masih ada bekal” saat mereka menanyakan sisa jatah bulanan yang saya pegang. Inilah paket perburuan yang kedua 🙂

Kuliah itu ada 8 Semester, hebat kalau bisa 7 semester, wajar diatas 8 semester, mengingat saya kuliah di ITS, kampus yang kata orang tidak akan bisa membuat mahasiswanya mimpi indah, bahkan tidak bermimpi sekalipun karena tidak ada waktu untuk tidur, hehe…tugasnya coiii…bertumpuk! Lalu bagaimana dengan semester 5 dan 6 yang panjang itu ? Terpacu dengan keberhasilan dua perburuan awal, maka mulailah saya berburu kembali. Kali ini saya membidik beasiswa dari Djarum Bakti Pendidikan, dari Djarum Foundation. Saat saya baca informasinya disini, ternyata ini adalah beasiswa yang bergengsi. Selain memenuhi biaya pendidikan setiap bulan selama satu tahun, dalam beasiswa ini banyak program yang ditawarkan untuk mengembangkan diri kita. Mulai dari program nation building, character building, leadership development training, dan djarumlain sebagainya. Nilai beasiswa ini ternyata jauh lebih besar daripada nominal yang diberikan, walaupun nominalnya sendiri sudah sangat besar (2010 ; Rp. 600.000 / bulan). Proses seleksinya juga sangat ketat, dilakukan di seluruh Indonesia, terpublikasi dengan sangat luas, terbuka bagi seluruh mahasiswa perguruan tinggi, maka tidak heran pendaftarnya mencapai ribuan orang. Maka dari itu, saya menaruh perhatian besar dalam penyelesaian aplikasi beasiswa ini, banyak energi yang terkuras, dan sekali lagi dibutuhkan kerjasama dengan keluarga di Bali untuk pemuktahiran dokumen – dokumen tertentu. Seingat saya, prosesnya dimulai dari seleksi administratif, seleksi tertulis, wawancara, verifikasi, hingga pengumuman kelulusan. Memang panjang, dan sayapun melupakannya. Selain karena jeda waktu yang panjang, tugas kampus yang bertumpuk, tetapi juga karena saya sedang berada di Bali untuk menjenguk Ibu. Saat itu Ibu sedang dirawat di rumah sakit karena terkena demam berdarah. Pengumuman beasiswa ini benar – benar saya lupakan, hingga akhirnya saya menerima telepon dengan kode 021, tepat saat saya mengantri obat Ibu di apotik rumah sakit. Seseorang di telepon mengatakan bahwa saya diterima menjadi Beswan Djarum Regional Surabaya! Seketika itu juga saya berlari ke kamar Ibu dirawat, membangunkan Ibu dari istirahat siangnya, dan mengabarkan hal ini. Siang itu menjadi ajang kumpul keluarga yang menyenangkan, meskipun di rumah sakit, tapi dengan adanya Ibu, Bapak, Adik, dan berita tersebut serasa sangat menggembirakan. Jadilah ini paket beasiswa ketiga yang saya terima, perpanjangan nafas untuk semester 5 dan 6 yang panjang itu, huh!

Kuliah sarjana itu berapa semester kawan – kawan ? Ingat, ini pertanyaan untuk kawasan kampus ITS, sehingga jawabannya sedikit tidak biasa, bahwa kuliah sarjana di ITS bisa 8 sampai 14 semester. Hahaha. Dengan paket ketiga, saya sudah sampai di semester 6, lalu bagaimana dengan semester 7 dan 8 di ITS ? Ahhh…tidak jauh – jauh, kembali berburu beasiswa! Kali ini beasiswa dari yayasan Karya Salemba Empat yang memberikan dana pendidikan setiap bulan. O Iya, bagi yang bertanya tentang biaya SPP saya, ingat paket beasiswa pertama yang saya tulis pada bagian awal ya, itulah kenapa saya tinggal menggenapi biaya bulanannya. Khusus untuk beasiswa Karya Salemba Empat ini saya tidak menaruh banyak perhatian disana karena saya sendiri sudah bekerja kecil – kecilan di Lab Transportasi Laut, ikut dalam beberapa project dan menjadi asisten dosen, hingga ikut dalam event – event komersial entah sebagai orang dipanggung ataupun dibalik panggung, hahaha. Untuk informasi beasiswa ini silahkan dilihat di website Karya Salemba Empat.  Kawan, bukannya saya tidak merasa beasiswa ini penting, tetapi saat ini saya tidak akan menuliskan ceritanya dengan panjang lebar, singkat cerita saya lolos sebagai penerima beasiswa tersebut, mendapat paket ke-4 dalam perburuan beasiswa, dan mampu memperpanjang nafas untuk semester 7 – 8 yang mulai membosankan, hadeeeeh!

Mengapa bosan ? Semester 7-8 adalah saat-saat kesepian. Pertama, pada periode tersebut saya sudah tidak lagi duduk dalam organisasi manapun. Adalah lumrah dikampus kami untuk melakukan kaderisasi, untuk memberi giliran kepada angkatan dibawah kami mengisi bangku organisasi, itu alasan filosofisnya. Lebih simpel, alasannya supaya angkatan yang sudah semester 7-8 ingat untuk mengerjakan Tugas Akhirnya, berhenti dengan kebiasaan rapat tengah malam dan “titip absen” saat kuliah karena ada event organisasi, hahaha. Alasan kedua, teman – teman juga sudah mulai kembali ke jalur yang benar, ingat dengan Tugas Akhirnya masihng – masing, dan membalas sms ajakan untuk ngumpul atau sekedar bermain basket dengan kata – kata “sek cuk, aku nang lab iki, garap TA, sepurane yo, sesuk ae tak melok” (terjemahan : sebentar bro, aku lagi di lab, mengerjakan tugas akhir, besok saja aku ikutnya). Haaaahhhh…semester yang kurang acik! Untuk itu, saya berniat membuatnya acik, memberi variasi, dengan berburu beasiswa kembali. Ya, tidak jauh – jauh dari hal tersebut tetapi kali ini sedikit lebih tinggi. Beasiswa untuk ke luar negeri, yang penting ke luar negeri, entah apa namanya hingga saya menemukan beasiswa ini, Indonesia English Language Study Program. Beasiswa ini memberikan kesempatan bagi para penerimanya untuk menjalani pendidikan di Amerika Serikat sekaligus menjalani pertukaran budaya. Silahkan di cek aplikasinya bagi sahabat yang berminat, sejauh ini, saya merasa sangat beruntung mendapatkan beasiswa tersebut. Dimulai dari metode seleksinya yang berbeda dibanding beasiswa terdahulu, hingga hal yang didapat selama menjadi penerima memang sangat layak untuk diperjuangkan. Bahkan, saya sendiri telah melamar dua kali hingga bisa mendapat beasiswa ini. Cerita tentang beasiswa ini tidak akan saya bahas terlalu detail, selain karena memang panjang, tetapi juga karena beasiswa ini pernah saya tuliskan dalam blog saya terdahulu diUSA aspirationchaser.wordpress.com. Yang ingin saya tekankan, beasiswa ini memberikan saya pilihan untuk tetap mengikutinya dengan syarat harus cuti kuliah, atau tidak mengambilnya agar bisa menyelesaikan perkuliahan tepat waktu. Dengan diskusi panjang lebar bersama dosen pembimbing, saya putuskan untuk mengambil beasiswa ini, berangkat pada awal bulan Juni 2011. Tepat satu minggu setelah resmi menyatakan cinta pada pujaan hati, meninggalkan Isna beberapa waktu ke negeri Paman Sam :). Sahabat, inilah paket beasiswa ke-5 yang saya terima, hasil perburuan yang terus memberi variasi dari semester ke semester.

Sudah memasuki semester 9 saat saya kembali ke Indonesia, seharusnya sudah lulus tetapi saya tidak bisa melupakan hutang tugas akhir yang memang belum selesai, sekali lagi “huh”! Kembali ke Surabaya ternyata tidak terlalu banyak yang berubah, hanya saja teman – teman semakin jarang terlihat di kampus. Mereka lebih memilih untuk menunaikan Ibadahnya, sekolah, menurut salah satu dosen saya sekolah itu adalah ibadah :). Kembali berkutat dengan Tugas Akhir, saya menyadari perlunya pengambilan data di lapangan untuk melengkapi masukan datanya. Setelah saya persiapkan semuanya, ternyata ada kendala biaya yang memang tidak kecil untuk dapat menjangkau lapangan. Otakpun berputar dengan cepat, seketika kata beasiswa muncul kembali. Tapi apakah ada beasiswa untuk tugas akhir ? Bukankah selama ini beasiswa itu menanggung biaya pendidikan, bukan biaya penelitian ? Akhirnya, berdasarkan informasi dari jejaring alumni beasiswa, saya mendapatkan informasi mengenai Beasiswa Indofood Sukses Makmur (BISMA) yang berafiliasi dengan pemberi beasiswa paket ke – 4 (Karya Salemba Empat). Jadilah saya mengajukan proposal penelitian yang sedang dikerjakan, lengkap dengan perincian biaya yang diperlukan, dan tentu saja signifikansi penelitian tentang desain konseptual kapal desalinasi ini (sepertinya ini jadi poin penting). Berharap dalam penantian, saya tetap mengerjakan tugas akhir tersebut di Lab Transportasi Laut dan Logistik ITS, hingga suatu hari ada email yang menyatakan penelitian saya akan dibantu. Yes!. Maka beasiswa ini menjadi paket ke – 6 yang saya terima. Syukur hingga titik tersebut banyak pihak yang telah membantu pendidikan yang saya jalani, artinya tidak kalah banyak pihak yang harus dibantu kembali.

Tentang beasiswa paket ke – 7, saya rasa tidak akan ada banyak hal yang saya ceritakan. Walaupun saya lolos sebagai penerima, namun dengan beberapa alasan saya tidak menerima beasiswa penuh di salah satu universitas luar negeri untuk pendidikan Master bidang Industrial Management. Pencarian beasiswa ini bermula dari kebingungan untuk melanjutkan kembali pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi atau bekerja setelah lulus. Ditengah kebingungan tersebut, saya menemukan beasiswa dari National Taiwan University of Science and Technology, tentu saja ini saya anggap sebagai pertanda bahwa saya harus sekolah kembali. Akhirnya saya penuhi semua persyaratannya, kirim aplikasinya, tunggu hasilnya, sambil tetap mempersiapkan diri untuk ujian akhir. Singkat cerita kembali beasiswa itu terlupa, hingga disuatu pagi saat bangun tidur saya menjadi ingat beasiswa itu. Tepat pukul 09:10 wib, sebuah sms dari teman mengagetkan mimpi indah di pagi menjelang siang itu, seperti ini isinya “selamat kepada Agus Putra Wicaksana telah diterima dengan beasiswa penuh pada program Industrial Management NTUST “. Penasaran, saya telepon teman tersebut, kemudian saya cek websitenya, cek emailnya, dan hasilnya sama bahwa saya diterima dalam program tersebut. Ya, inilah paket ke – 7 yang saya terima dalam perburuan beasiswa selama periode tersebut, syukur selalu terucap dalam setiap pencapaiannya. Namun kembali saya sampaikan, karena alasan tertentu saya memutuskan untuk tidak mengambil beasiswa ini, memutuskan untuk bekerja terlebih dahulu. Memang menurut beberapa orang ini adalah keputusan yang disesalkan, namun saya tetap berkeyakinan bahwa apapun pilihannya, apapun yang diambil, tidak akan pernah bisa menyenangkan semua orang. Jadi adalah hal yang wajar ada penyesalan dari beberapa orang, dan saya anggap itu sebagai semangat untuk membuktikan bahwa keputusan tersebut tidak salah, setidaknya bagi diri saya sendiri.

Kembali ke titik sekarang, saat saya sudah bekerja selama lebih dari 2 tahun, ada titik dimana rasanya seperti terjebak dalam rutinitas. Kata “bosan” sepertinya kurang tepat karena memang tidak ada alasan untuk bosan. Selama karir saya (yang belum apa – apa ini), banyak bidang yang telah digeluti di mulai dari bidang operasional dan rekayasa pertambangan, operasi pengapalan bahan tambang, hingga saat ini sebagai perencana logistik laut di salah satu perusahaan Semen asing. Banyak ilmu yang telah saya dapat, meskipun saya belum ahli di bidang tersebut. Banyak tantangan yang telah dilalui, meskipun terkadang tidak mulus. Sekali lagi, kata “bosan” adalah bukan kata yang tepat. Tetapi, entah kenapa saya merasa ada hal lain yang saya inginkan selain yang saya lakukan saat ini. Mungkin ini yang disebut mimpi, bahwa sejauh apapun itu mencoba untuk dilupakan, maka ia akan semakin sering muncul diingatan. Lalu apa mimpi itu ? Sedikit membingungkan, karena mimpi itu ialah menempuh pendidikan yang lebih tinggi di luar negeri, mengingat sebelumnya saya sudah menolak kesempatan itu pada paket beasiswa ke – 7.

Semakin saya renungkan, ternyata memang itu mimpinya. Bahkan ketika pindah dari industri pertambangan yang notabene menawarkan pendapatan yang tidak sedikit ke industri semen yang pendapatannya turun 30%, alasan utamanya adalah ingin sekolah lagi. Dengan saya tidak di tambang dalam area yang terpencil, maka akan ada akses yang terbuka untuk informasi dan hal lainnya untuk bersekolah kembali. Dengan saya berpindah dari industri tambang ke pekerjaan yang baru sebagai perencana logistik laut maka saya sudah bekerja sesuai dengan bidang keahlian, yang akhirnya akan memberikan dukungan untuk sekolah kembali.

Beberapa langkah telah saya ambil untuk kembali berburu beasiswa, walaupun saya tahu banyak orang yang melakukan hal yang sama dan bahkan sudah jauh di depan. Langkah pertama seperti yang sudah – sudah pastinya mencari sasaran terlebih dahulu. Pada titik ini, saat saya sudah bergelut dengan dunia logistik terutama logistik maritim, ada ke-senang-an luar biasa dan ke-ingintahu-an yang sangat besar tentang bidang ini. Dengan latar belakang pendidikan saya yang memberikan fondasi cukup kuat serta pengembangan Indonesia di sektor Maritim yang semakin ditingkatkan, rasanya cukup tepat apabila saya ingin menggeluti bidang logistic & maritime management. Beberapa program beasiswa mulai saya pelajari, bahasa inggris juga mulai diasah kembali, esai mulai dirancang, dan tentunya universitas impian sudah ditentukan!

Entah kenapa baru saja setelah menuliskan paragraf diatas, dada saya berdegup kencang, sepertinya ini memang sesuatu yang membangkitkan adrenalin, sesuatu yang memang harus saya kejar. Hal paling penting, restu dari Ibu dan Bapak telah dikantongi (saya yakin Bapak pasti merestui dari atas sana 🙂 ), sekaligus juga kesabaran, semangat, dan doa dari pengisi hati, Isna, telah mengalir tiada henti. Semuanya menjadi bekal untuk mengejar mimpi, mewujudkan mimpi, mencapai sesuatu melebihi mimpi! Maka, hari ini saya putuskan untuk berlari, mencari dan melamar beasiswa untuk sekolah di luar negeri, seperti judul tulisan ini, “berburu” kembali!

Jakarta , 22 – 11 – 14

2 thoughts on ““berburu” kembali!

Add yours

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Website Powered by WordPress.com.

Up ↑