Belakangan ini saya disibukkan dengan tumpukan assignment dan field project yang kebetulan tenggat waktunya berdekatan. Lebih tepatnya bukan kebetulan, tapi memang diniatkan. Saat beberapa rekan mengambil 4 mata kuliah, saya mengambil 5 mata kuliah untuk satu semester. Pertimbangannya tentu bukan dari sisi akademik, tapi dari sisi kemungkinan bahwa semester terakhir nanti saya bisa fokus hanya mengambil 2 atau 3 matakuliah sisanya, agar bisa fokus BEKERJA. Yes, bekerja 🙂
Anyway, salah satu matakuliah tersebut adalah Behaviour and Leadership in Organisations. Isinya tentang pengelolaan sumber daya manusia di sebuah perusahaan. Salah satu tugasnya adalah membuat essay 1500 kata tentang bagaimana kaitan antara sebuah performance appraisal atau penilaian kinerja karyawan yang dilakukan berkala dengan kepentingan perusahaan untuk terus berinovasi. Apakah masih relevan?
Alih – alih membaca sekian banyak jurnal dan menuliskannya dalam rangkain paraphrase agar tidak disebut plagiat, maka saya memutuskan untuk tidak menggunakan banyak tulisan. Lagipula ini bidang yang sebenarnya tidak saya minati, tanpa ada angka ataupun rangkain logika, hanya retorika dan teori. Dengan demikian, saya harus membuatnya menjadi lebih menarik, mentranslasi buah pikiran menjadi empat buah grafik sederhana.

Pertama kita bedah dulu pemikiran tentang performance management dalam sebuah perusahaan. Pada dasarnya, penilaian kinerja karyawan dilakukan secara reguler, entah itu 3 bulan sekali, trimester, semester, atau bahkan setahun sekali saja. Penilaian ini tentunya menggunakan data – data kuantitatif yang menggambarkan kinerja sebelumnya sekaligus sebagai acuan untuk perbaikan berikutnya. Dengan demikian, laju perbaikannya kemungkinan akan mirip dengan grafik 1 dimana setiap pertambahan kinerja akan sebanding dengan frekuensi evaluasinya.
Selanjutnya mari kita bahas karakter dari sebuah inovasi. Pada dasarnya inovasi bersifat eksponensial karena dipengaruhi oleh dua hal yaitu inovasi dasar dan inovasi lanjutan. Inovasi dasar adalah sebuah perbaikan yang muncul setelah jangka waktu yang relatif lama dan mampu mengubah lansekap hidup manusia. Sementara itu inovasi lanjutan adalah sebuah peningkatan kualitas dari inovasi dasar yang muncul dengan relatif cepat. Contohnya adalah telepon seluler, inovasi dasarnya adalah perubahan telekomunikasi berbasis kabel menjadi telekomunikasi berbasis aerial. Inovasi ini terjadi dalam jangka waktu yang lama serta mengubah cara penggunaan alat telekomunikasi itu sendiri. Adapun inovasi lanjutannya adalah penambahan fitur – fitur khusus seperti layar sentuh, bentuk, dan lain hal. Inovasi jenis ini berlangsung sangat cepat dan secara tiba – tiba. Dengan demikian, laju inovasi akan mirip dengan grafik 2 dimana perbaikannya berlangsung dalam stage 1, stage 2, dan seterusnya acak, tanpa frekuensi reguler.

Selanjutnya, apabila grafik 1 (laju kinerja reguler) kita pasangkan dengan grafik 2 (laju inovasi), maka akan muncul grafik 3 yang memperlihatkan perpotongan dari dua grafik dasar tersebut. Apa artinya?

Ide dibalik grafik ini adalah penilaian kinerja karyawan secara reguler sudah tidak relevan lagi saat tuntutan akan sebuah inovasi menjadi hal yang mutlak bagi sebuah perusahaan. Dapat dilihat pada grafik 3 bahwa pada periode tertentu (sebelum turning point) laju kinerja berada diatas laju inovasi. Hal ini wajar di era awal industrialisme hingga tahun 2000’an dimana penyebaran ilmu pengetahuan belum seluas sekarang. Periode tersebut adalah periode penciptaan inovasi dasar. Hal yang menjadi tuntutan perusahaan pada masa itu adalah efektifitas dan efisiensi dalam proses bisnis. Seperti yang dilakukan Toyota dengan berusaha membuat sebuah mobil dalam waktu sependek mungkin dan biaya serendah mungkin.
Lalu muncullah sebuah titik balik dimana laju pertambahan kinerja yang dihasilkan dari proses evaluasi kinerja reguler tidak bisa mengimbangi laju inovasi saat ini. Lalu bagaimana menghadapinya ? Berubah! Perusahaan dapat merubah kerangka waktu penilaian kinerja. Evaluasi dapatdilakukan kapan saja, tanpa frekuensi reguler, idealnya mengikuti siklus proyek kerja. Selain itu, proses evaluasi harus dilakukan dengan lebih santai, tidak mengutamakan formalitas, tetapi perbaikan apa yang harus dilakukan. Dengan demikian, grafik laju kinerja akan mampu mengimbangi grafik laju inovasi seperti pada grafik 4.

Aaahhh…ternyata saya masih anak Teknik, masih suka dengan grafik, gambar, dan media visual lainnya untuk menyampaikan sesuatu. Anyway, ini murni buah pikir pribadi yang tentunya masih bisa disempurnakan. Apabila ada masukan dan saran, saya sangat terbuka untuk diskusi yang konstruktif melalui kolom comment dibawah. Have a good day!
PS: Tulisan dibuat sembari menunggu istri yang sedang bersiap – siap untuk mengunjungi Melbourne Tram Museum, happy weekend everyone!
Leave a Reply